Cara Mudah Menghapal Materi Pelajaran – Berapa pun usia kita, tidak ada kata berhenti untuk belajar. Setiap orang diwajibkan untuk belajar seumur hidup. Tanpa belajar, kita akan tertinggal jauh di belakang, tidak bisa mengimbangi perubahan yang terjadi pada dunia, tidak peduli berapa pun usia kita.
Nah, salah satu kendala yang sering kita hadapi (sebagai golongan yang telah menginjak usia dewasa) dalam belajar yaitu kesulitan menghapal materi pelajaran yang kita baca atau pelajari.
Mungkin, salah satu faktor yang membuat kita kesulitan belajar yaitu karena kita disibukkan dengan berbagai urusan, mulai dari urusan pekerjaan, rumah tangga, lingkungan, dan urusan pribadi. Aktivitas belajar terhambat oleh berbagai macam gangguan yang datang dari kantor, rumah, lingkungan tetangga, dan masalah pribadi.
Nah, dalam artikel ini, penulis akan memaparkan beberapa cara yang dapat Anda tempuh untuk mengingat/menghapal materi pelajaran yang Anda pelajari dengan cepat dan mudah. Cara-cara ini sangat dahsyat. Anda dapat menerapkannya dalam berbagai bentuk materi pelajaran.
Daftar Isi
Cara Mudah Menghapal Materi Pelajaran
Sekarang, yuk, langsung saja kita simak cara-cara tersebut selengkapnya berikut ini.
Logis dan masuk akal
Cara yang paling mudah dalam menghapal materi pelajaran yaitu dengan memahami maksud dari apa yang sedang kita pelajari itu. Kita akan lebih mudah mengingat rumus kecepatan jika kita paham maksud dari konsep “kecepatan”, konsep “panjang/jarak”, dan konsep “waktu”. Anda akan lebih mudah menghapal ayat-ayat kitab suci yang berbahasa Arab apabila Anda mengetahui/memahami artinya dibanding Anda hanya menghapal ayat itu tanpa memahami artinya, bukan? Demikianlah gambarannya.
Jadi, saat Anda hendak menghapalkan materi pelajaran, pahamilah materi itu secara detail. Niscaya, materi itu akan lebih mudah masuk dan melekat di dalam ingatan Anda. Selain itu, susunlah komponen-komponen materi itu sedemikian sehingga seturut urutan sebab-akibat yang kronologis. Dengan demikian, materi itu masuk akal.
Bandingkan dua kelompok kata di bawah ini. Mana yang lebih mudah dihapal?
Reog, pizza, pikiran bawah sadar, ekses kapasitas
Johan, menyapu, halaman, dengan, gembira
Dari dua kelompok kata di atas, tentu kita lebih mudah menghapal kelompok yang ke-2, bukan? Mengapa? Karena, kata-kata pada kelompok ke-2 tersusun secara logis (dari kiri ke kanan) sehingga masuk akal (make sense) dan dapat dipahami.
Pengulangan
Cara menghapal materi pelajaran yang kedua yaitu dengan mengingat atau menyebutkan kata, kalimat, pernyataan, peristiwa secara berulang-ulang. Sebagai contoh, saat Anda hendak menghapal kosakata dalam bahasa Inggris. Anda dapat menghapalnya dengan cukup menyebut/melafalkan kosakata itu secara berulang-ulang. Lama-kelamaan, niscaya kosakata itu melekat di dalam ingatan Anda.
Sampaikan
Saat Anda menyampaikan apa yang Anda pahami kepada orang lain, maka apa yang harus Anda lakukan? Anda harus menyampaikan materi itu dengan jelas dan detail. Anda harus menjelaskannya secara logis sehingga si pendengar mampu memahaminya secara utuh. Anda harus memaparkannya secara berurutan sesuai dengan kaidah sebab-akibat supaya penjelasan Anda itu masuk akal. Jika perlu, Anda memberikan contoh kasus yang mengilustrasikan materi itu.
Nah, saat Anda menjelaskan dengan detail sesuai dengan urutan kronologis sedemikian sehingga apa yang Anda sampaikan itu masuk akal dan dapat dipahami oleh orang lain, pada dasarnya, penjelasan itu juga ikut membantu diri Anda sendiri menghapal materi pelajaran yang sedang Anda sampaikan (kepada orang lain).
Jadi, saat Anda hendak menghapal materi pelajaran, jangan sungkan-sungkan untuk menyampaikan materi itu kepada teman, anak, atau pasangan Anda. Ada dua keuntungan yang dapat diperoleh dari cara ini yaitu Anda paham dan hapal materi itu, demikian juga dengan orang yang mendengarkan apa yang Anda sampaikan.
Kesan
Otak kita lebih tertarik pada hal-hal yang mengesankan (impresif) dibanding hal-hal yang biasa/lumrah. Jika tidak percaya, coba bayangkan Anda berjumpa dengan segerombolan anak muda seusia Anda. Di antara gerombolan itu, ada satu orang yang tingginya jauh lebih tinggi dibanding yang lain. Tinggi badan rata-rata gerombolan itu adalah 165cm. Tetapi, ada satu orang di dalam gerobolan itu yang tingginya 200cm. Maka, niscaya, Anda akan lebih mudah mengingat yang satu itu dibanding yang lain.
Nah, dari contoh di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa otak kita jauh lebih tertarik pada hal-hal yang mengesankan/impresif dibanding hal-hal yang biasa-biasa saja.
Prinsip di atas, bahwa otak lebih menyukai hal-hal yang impresif, dapat kita manfaatkan untuk menghapal materi pelajaran. Caranya yaitu buatlah sedemikian sehingga materi yang hendak Anda hapalkan menjadi hal yang impresif (berkesan).
Sebagai contoh, Anda hendak menghapal materi pelajaran tentang sejarah Inggris, yakni mengenai munculnya Magna Carta dan apa esensi dari piagam itu.
Pertama, yang harus Anda lakukan, tentu saja, mempelajari apa itu Magna Carta dan kapan piagam itu diterbitkan. Dan, agar materi itu membekas/ melekat di dalam ingatan Anda, buatlah Magna Carta menjadi sesuatu yang mengesankan.
Dalam contoh di atas, kesan Magna Carta penulis tampilkan dengan memandang piagam itu sebagai bukti bahwa kesadaran rakyat Inggris jauh lebih dulu tumbuh dibanding kesadaran rakyat Prancis.
Kenyataan bahwa kesadaran rakyat Inggris tumbuh lebih dulu dibanding kesadaran rakyat Prancis tentu cukup mengesankan, bukan? Mengapa? Karena, selama ini, yang kita tahu, pendobrakan pertama terhadap monarki/kerajaan dilakukan oleh rakyat Prancis, bukan Inggris.
Nah, kembali pada contoh, pada tahun 1200-an Masehi, rakyat Inggris sudah mampu memaksa kerajaan/monarki untuk membuat kesepakatan yang membatasi hak-hak raja dan memberikan hak-hak kepada rakyat, lewat piagam/perjanjian Magna Carta. Sementara itu, rakyat Prancis baru melakukan pendobrakan terhadap monarki absolut (kerajaan) pada tahun 1700-an. Jadi, tradisi demokrasi di Inggris jauh lebih dulu muncul dibanding tradisi demokrasi di Prancis. Dan, Magna Carta-lah yang merupakan simbol demokrasi di Inggris.
Nah, dalam contoh di atas, kita tahu bahwa kesan (impression) mengenai Magna Carta ditampilkan dengan membandingkannya dengan demokrasi di Prancis. Dengan pembandingan tersebut, saat Anda menjumpai perkara yang berkaitan dengan demokrasi, Anda akan langsung teringat Magna Carta, Inggris, dan Prancis. Sebaliknya, saat Anda ditanya tentang Magna Carta, Anda akan langsung teringat demokrasi yang lahir di Prancis, serta secara otomatis membandingkannya dengan demokrasi ala Magna Carta yang lahir di Inggris. Dengan begitu, Anda dapat menjelaskan kepada orang lain mengenai esensi Magna Carta, sebagaimana ingatan Anda mengenainya.
Asosiasi
Selain dengan prinsip “kesan”, Anda pun dapat menghapal materi pelajaran dengan cara menguhubungkan materi itu dengan hal lainnya. Contoh di atas, selain merupakan bentuk “impresionisme” (membuat materi lebih berkesan), juga merupakan bentuk asosiasi. Penjelasaannya, dalam contoh di atas, Anda mengasosiasikan (menghubungkan) Magna Carta dengan demokrasi di Prancis.
Apa yang membedakan jalan impresionisme dengan jalan asosiasi yaitu, pada jalan asosiasi, kita tidak selalu membuat materi yang kita hapal menjadi sesuatu yang mengesankan. Kita hanya menghubungkannya (dengan menyamakan, membedakan, atau sekadar menghubungkan) dengan hal lain yang sudah kita kenal sebelumnya.
Sebagai contoh, Anda hendak menghapal idiom “on the house” dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa Inggris, makna idiom “on the house” adalah “gratis karena diberi secara cuma-cuma oleh sang penjual”. Tetapi, karena ungkapan tersebut memiliki makna yang berbeda ketika diartikan secara literal, maka kita cenderung kesulitan dalam menghapal maknanya (sebagai sebuah idiom).
Nah, untuk membantu memudahkan Anda dalam menghapal makna idiom itu, Anda pun dapat mengasosiasikan/menghubungkannya dengan hal-hal yang sudah Anda ketahui sebelumnya.
Makna idiom “on the house” adalah “gratis karena diberi oleh sang penjual secara cuma-cuma”. Lantas, bagaimana cara membuat asoisasi untuk idiom itu sedemikian sehingga Anda mampu menghapal maknanya dengan mudah? Caranya, Anda dapat menghubungkan makna itu dengan kata “house” yang berarti “rumah”. Kemudian, hubungkan/identikkan “rumah” dengan “tuan rumah”. Dengan jalan seperti itu, Anda pun akan selalu teringat “tuan rumah” saat mendengar istilah “on the house”.
Lantas, apakah asosiasi sudah selesai? Tentu saja belum. Masih ada yang kurang. Nah, langkah selanjutnya yaitu hubungkan/asosiasikan “tuan rumah” dengan “si penjual/owner”. Jadi, setiap kali Anda mendengar istilah “on the house”, Anda pun akan teringat “si tuan rumah” alias “si pemilik usaha”.
Tetapi, asosiasi ini belumlah sempurna sedemikian sehingga mampu mengingatkan Anda makna “on the house” secara utuh. Untuk itu, Anda masih perlu mengasosiasikannya kembali. Asosiasikan “pemilik usaha” dengan “jamuan”. Biasanya, saat kita bertamu di rumah orang, maka orang yang kita kunjungi akan menyuguhi kita jamuan, di mana jamuan itu gratis, diberikan kepada kita secara cuma-cuma.
Nah, dengan runtutan asosiasi di atas, kita pun pada akhirnya dapat mengasosiasikan “on the house” dengan “pemberian secara gratis oleh sang pemilik rumah alias pemilik toko/restoran”.
Kapan pun Anda mendengar orang bilang “on the house”, Anda akan langsung teringat bahwa “house” artinya “rumah”; “rumah” identik dengan “tuan rumah”; “tuan rumah” identik dengan “pemilik toko”; Saat kita berkunjung ke tuan rumah/pemilik toko, kita disuguhi makanan gratis. Jadi, “on the house” identik dengan “gratis”; Makna “on the house” adalah “gratis”.
Demikianlah informasi yang dapat kami sampaikan, semoga bermnafaat cara mudah menghapal materi pelajaran dengan cepat di atas